Sabtu, 05 Mei 2012

Pendidikan berkarakter


1. Cara Memberikan Pendidikan Berkarakter

Cara Memberikan Pendidikan Berkarakter. Hidup adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita diciptakan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Bentuk beribadah di dunia ini bisa berbagai macam, misalnya dengan cara sholat, puasa, zakat, haji, membantu orang yang sedang dalam kesusahan, memberikan salam, bahkan memberikan senyum-pun adalah ibadah. Tuhan memberikan kita kepribadian dan kecerdasan sesuai pada tingkatannya untuk membantu kita menjalani hidup di dunia. Ketika kita masih anak – anak, kita diberikan kepribadian dan kecerdasan yang masih rendah. Pada fase berikutnya, hal tersebut akan semakin berkembang dan berkembang. Namun, dalam kepribadian seseorang, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Kita sebagai manusia wajib untuk selalu berubah kearah yang lebih baik. Perubahan itu disebut dengan karakter (Baca artikel kami, Pendidikan Berkarakter untuk Karakter dan Kepribadian Anak).
Untuk merubah suatu karakter seseorang memang tidaklah mudah, namun segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin, bukan? Seseorang akan berkarakter atau memiliki karakter jika ia tumbuh di lingkungan yang berkarakter pula. Hal ini berarti, sejak seseorang masih kecil haruslah diberikan pendidikan berkarakter (baca artikel kami, Pendidikan Berkarakter), agar ketika ia dewasa, ia akan menjadi pribadi yang berkarakter. Terdapat tiga cara untuk memberikan pendidikan berkarakter kepada anak anda.
Pertama adalah mengubah kondisi lingkungannya. Pendidikan  ini bisa dilakukan dengan cara memberikan reward and punishment (penghargaan dan teguran) kepada anak. Jika si anak melakukan kesalahan, ia akan mendapatkan teguran (punishment), namun jika si anak berbuat baik, ia akan mendapatkan penghargaan (reward). Reward and punishment bisa berbagai macam bentuk. Mulai dari pengurangan uang jajan, atau dilarang membaca komik. Semua dapat diserahkan kepada orang tua masing – masing. Namun, hal yang perlu diingat adalah dalam memberikan reward and punishment juga harus bersifat mendidik. Sebuah reward tidaklah harus uang atau mainan. Sedangkan, sebuah punishment pun tidaklah harus pukulan.
Cara kedua pada pendidikan berkarakter adalah memberikan pengetahuan dan contoh nyata tentang bagaimana melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Memberikan contoh yang baik kepada si anak sejak kecil akan membuat si anak meniru atau mencontohnya dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu, sebagai orang tua haruslah selalu bersikap baik dan selalu memberikan teladan yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Jika anak bertanya kenapa begini dan kenapa begitu, jangan khawatir karena itu berarti mereka merespon pengetahuan yang anda berikan kepada mereka.
Cara yang ketiga dalam memberikan pendidikan berkarakter adalah dengan mengendalikan dan mengkondisikan emosi si anak. Faktanya, jika seseorang mampu mengendalikan emosinya, maka sifat tersebut akan melekat dalam dirinya karena emosi adalah salah satu alat pengendali diri dan jiwa yang sangat besar dampaknya kepada kehidupan seseorang. Jika si anak mulai kehilangan emosi dalam melakukan sesuatu, cobalah untuk menenangkannya dan membantunya untuk menyelesaikan hal tersebut. Dengan begitu, si anak akan senantiasa dapat mengendalikan emosinya. Namun, kita juga harus mulai membiasakan diri dalam membiarkannya menyelesaikan persoalannya sendiri agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
Indahnya dunia ketika kita dapat saling berbagi.

Model Konsep Kurikulum


Macam-macam Model Konsep Kurikulum. Secara umum pengertian kurikulum adalah alat yang yang berisikan tujuan, isi, proses dan hasil, yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika bagimanapun bentuk kurikulumnya haruslah sesuai dengan tujuan awal pendidikannya. Namun bagaimanapun juga bentuk kurikulumnya maka tidak akan banyak berguna jika digunakan pada zaman yang salah.
Mengapa diakatakan zaman yang salah, hal ini berkaitan dengan kehidupan manusia yang kian lama kian maju dan semakin canggih. Oleh karenanya akan tidak relevan menggunakan kurikulum tradisional ditengah zaman modern seperti sekarang ini. Tak berarti juga kurikulum harus berpatok pada tekhnologi mengingat masih banyak daerah-daerah yang perkembangan tekhnologinya masih tertinggal. Dengan kata lain penggunaannya masih harus disesuaikan dengan lingkungan sekitar peserta didik dan tempat pelaksanaan proses belajar mengajar. Namun harus tetap mampu menyiapkan peserta didik yang berguna dimasa yang akan datang.
Model konsep kurikulum yang sangat erat dengan aliran pendidikan ini telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Diantaranya ada 4 model konsep kurikulum yang sering dipelajari dan sering digunakan. Empat model konsep kurikulum itu adalah kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum teknologis.
Berikut sedikit penjelasan singkat tentang 4 model konsep kurikulum di atas:
Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis ini merupakan kurikulum yang mengutamakan isi (subject matter). Kurikulum ini berisikan kumpulan bahan ajar dan rencana pembelajaran. Target utama dari kurikulum ini adalah penguasaan materi yang sebanyak-banyaknya.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum subjek akademis (cooming soon)
Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang mengutamakan proses belajar mengajar. Kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta didik. Peran guru sangat besar dalam memberikan suasana belajar yang nyaman kepada peserta didiknya. Target utama dari kurikulum ini adalah mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang mandiri.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum Humanistik (cooming soon)
Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial merupakan kurikulum yang bertujuan mempersiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan dalam dunia kerja. Kurikulum ini menuntut sekolah untuk dapat mengembangkan kehidupan sosial siswa dan bagaimana siswa dapat bergabung atau berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum rekonstruksi sosial (cooming soon)
Kurikulum Tekhnologis
Kurikulum tekhnologis ini merupakan kurikulum yang menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan tekhnologi (dalam artian positif). Dengan maksud agar proses pembelajaran disekolah dapat lebih efektif dan efisien dengan dukungan tekhnologi.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum Tekhnologis (cooming soon)
Indahnya dunia ketika kita dapat saling berbagi.

Jumat, 04 Mei 2012

Pengertian Pondok Pesantren

Pengertian Pondok Pesantren

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir6FYvGfjTX87ACxzPcZV7j9bPvQSlLypcG9kCvaxk4HUly8vv9OK3-DVHIYF96eoyhyEWiauyLVxm91xM1gLpDui3twoa09cUluUtqGN9EKOn3e4UqPlSQNfpJxduMmO4mooQxz-ynS1B/s320/IMG_1806.jpg
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18). Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu (Wahjoetomo, 1997: 70).

Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.[rujukan?] Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.

Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.

Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat antara lain adalah :
  1. Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu.
  2. Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.

Sedangkan menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu :
  1. Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
  2. Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
  3. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
  4. Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.
Sejarah umum
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.[rujukan?] Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai.[rujukan?] Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri.[rujukan?] Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana.[rujukan?] Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.[rujukan?] Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan.[rujukan?] Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.[1]
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.[2]
[sunting] Definisi pesantren
[sunting] Etimologi
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa.[rujukan?] Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan.[rujukan?] Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.[rujukan?] Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok.[rujukan?] Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.[rujukan?]
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.[rujukan?] Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.[rujukan?] Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.[rujukan?] Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.[3]
[sunting] Peranan
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam.[rujukan?] Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial).[rujukan?] Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum).[rujukan?] Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.[4]
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia.[rujukan?] Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam.[rujukan?] Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.[5]
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi.[rujukan?] Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.[rujukan?] Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU).[rujukan?] Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.[rujukan?]
[sunting] Jenis pesantren
Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan Umum, kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. kemudian muncul istilah pesantren Salaf dan pesantren Modern, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama sedangkan Pesantren Modern menggunakan system pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.
[sunting] Pesantren salafi
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi.[rujukan?] Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut.[rujukan?] Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali.[rujukan?] Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari salat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam.[rujukan?] Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.[rujukan?]
[sunting] Pesantren modern
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya).[rujukan?] Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.[rujukan?] Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah.[rujukan?] Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah.[rujukan?] Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.[rujukan?]
[sunting] Cabang pesantren induk
Terdapat pula suatu pondok pesantren induk yang mempunyai cabang di daerah lain, dan biasanya dikelola oleh alumni pondok pesantren induk tersebut.[rujukan?] Sebagai contoh, Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur mempunyai cabang pondok alumi, antara lain:
[sunting] Modernisasi pesantren
Sebab-sebab terjadinya moderenisasi Pesantren daiantaranya: Pertama, munculnya wancana penolakan taqlid dengan “kembali kepada Al-Qur’an dan sunah” sebagai isu sentral yang mulai di tadaruskan sejak tahun 1900.[rujukan?] Maka sejak saat tiu perdebatan antara kaum tua dengan kaum muda, atau kalangan reformis dengan kalangan ortodoks/konservatif, mulai mengemukan sebagai wancana public.[rujukan?] Kedua: kian mengemukannya wacana perlawanan nasional atas kolonialisme belanda.[rujukan?] Ketiga, terbitnya kesadaran kalangan Muslim untuk memperbaharui organisasi keislaman mereka yang berkonsentrasi dalam aspek sosial ekonomi.[rujukan?] Keempat, dorongan kaum Muslim untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam.[rujukan?] Salah satu dari keempat faktor tersebut dalam pandangan Karel A. Steenbrink, yang sejatinya selalu menjadi sumber inspirasi para pembaharu Islam untuk melakukan perubahan Islam di Indonesia.[6]
[sunting] Tokoh nasional
Sebagai institusi sosial, pesantren telah memainkan peranan yang penting di Indonesia dan negara-negara lainnya yang penduduknya banyak memeluk agama Islam.[rujukan?] Alumni pondok pesantren umumnya telah bertebaran di seluruh wilayah Indonesia.[rujukan?] Beberapa alumnus pesantren juga telah berkiprah di pentas nasional, yang terkenal antara lain:
[sunting] Lihat pula
[sunting] Referensi
1.    ^ Wahab, Rochidin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta,CV, 2004) hal.153,154
2.    ^ Hielmy, Irfan. Wancana Islam (ciamis:Pusat Informasi Pesantren,2000), hal. 120
3.    ^ Fatah, H Rohadi Abdul, Taufik, M Tata, Bisri, Abdul Mukti. Rekontruksi Pesantren Masa Depan, (Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra, 2005), hal.11
4.    ^ HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal.1
5.    ^ Haedari, H.Amin. Transformasi Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2007), hal.3
6.    ^ Majalah Tajdid (ciamis:Lembaga Penelitian dan Pengembangan, 2009), hal. 358